Jumat, 02 Mei 2014

Resensi Novel




Daun yang jatuh tak pernah membenci angin...
Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus tereggutkan dari tangkai pohonnya.
Itu adalah barisan kata yang terdapat dalam buku Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karangan Tere Liye. Dewasa ini, Tere Liye telah dikenal sebagai novelis yang hasil karyanya mampu menyentuh para pecinta novel. Cerita novelnya yang ringan namun tetap padat, berisi manfaat serta pesan moral yang beranjak pada kejadian di kehidupan sehari-hari pembaca.
Novel roman ini, berisikan konflik di kehidupan seorang manusia yang disajikan secara ringan. Cerita seputar percintaan, kasih sayang, persaudaraan dan pertemanan. Berkisah tentang seorang gadis bernama Tania dengan segala permasalahannya. Keluarga Tania adalah keluarga miskin yang selama tiga tahun hidup di sebuah lahan kosong pinggiran kota Depok, beralaskan dan beratapkan kardus, dengan sebuah pohon linden pada halamannya. Berawal dari kisah masa kecilnya yang sulit, dia harus menjalani hidup sebagai pengamen ibukota. Bersama adiknya, Dede, menyanyikan lagu sambil memainkan kecrengan dari satu bis kota ke bis kota lain. Ketiadaan ayah sedari mereka balita yang membuat hidup mereka sulit. Sampai suatu ketika nasib mereka berubah, saat Tuhan menyampaikan takdirnya lewat seorang penumpang bis kota yang selanjutnya dijuluki malaikat oleh dua kakak beradik ini. Danar, lelaki berusia 20 tahunan yang mereka temui di bis kota. Danar adalah nasib baik dan dia juga akan menjadi tokoh dalam kisah cinta Tania. 
Danar yang sedari kecil tidak memiliki keluarga merasa sangat senang bertemu dengan keluarga Tania. Apalagi ibu, dia mengganggap ibu sebagai ibunya sendiri. Mencium tangannya, memberikan modal untuk membuat usaha kue dan mengajak Tania dan Dede kembali ke bangku sekolah. Dia pun menyatakan kesanggupannya untuk membiayai kehidupan keluarga ini. Kebaikannya terus dia berikan hingga kedua anak itu beranjak dewasa.
Beberapa tahun kemudian, ketika usia mereka bahkan belum memasuki usia remaja, sang ibu menyusul kematian sang ayah. Pesan menyentuh disampaikan oleh ibu Tania sebelum meninggal yaitu bahwa Tania tidak boleh menangis untuk hal apapun dan dalam kondisi sesulit apapun. Tania hanya boleh menangis untuk dia, si malaikat penolong mereka.
Hingga saat dewasa, Tania semakin mampu membuktikan bahwa hidupnya telah sukses, dengan bekerja pada sebuah perusahaan pialang terkemuka di Singapura. Sejak zaman sekolah Tania telah menjadi idola, tetapi tetap saja dia mengganggap semuanya biasa karena hatinya hanya milik Danar. Kisah cinta itu tak pernah tersampaikan karena alasan jarak umur yang memisahkan keduanya, karena hutang budi yang tak pernah habis membuatnya segan terhadap malaikatnya.
Ketika panggilan om berubah menjadi kak’, rasa cinta yang muncul sejak Tania berusia 11 tahun itu semakin berkembang seiring dengan pertambahan umurnya. Walaupun Tania masih kecil saat itu, ternyata Danar telah memiliki perasaan yang sama dengan Tania, hanya saja dia tidak mau mengungkapkannya karena menganggap Tania seperti adik sendiri.
Bukti-bukti perasaan itu semakin kuat terlihat pada kunjungan Danar ke Singapura. Tanpa sepengetahuan Tania ternyata liontin yang dimiliki Tania adalah liontin spesial. Karena ternyata dibaliknya terdapat gambar potongan pohon linden yang juga terdapat pada liontin Danar. Hanya pada liontin mereka berdua. Pohon linden adalah pohon yang sangat berarti bagi cerita ini karena pohon tersebut tumbuh di halaman rumah kardus tempat dulu Tania sekeluarga tinggal.
Danar pun akhirnya menikah dengan Ratna namun wanita ini hanya menjadi pelarian perasaannya saja. Menyakitkan bagi Tania, pernikahan ini telah membuat hatinya hancur. Namun, pernikahan itu tidak pernah bahagia, Ratna merasa bahwa dia kalah oleh bayangan lain yang dicintai Danar. Tidak ada cinta sejak awal. Ratna selalu membagi keluh kesahnya kepada Tania yang sedang bekerja di Singapura lewat email. Hal ini membuat Tania yang telah mau memaafkan tersebut penasaran dan tidak terima dengan perlakuan Danar terhadap Ratna hingga akhirnya Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
Pada akhir cerita, Tania mulai berani untuk mengungkapkan perasaannya, menanyakan kepada Danar tentang perasaannya, tentang pernikahannya. Dan ternyata semua benar, Danar memiliki perasaan yang sama dengan Tania. Semua tidak pernah terungkap. Namun, memang cinta tak harus dimiliki oleh keduanya.
Keunggulan Isi Buku :
Pada buku ini disajikan cerita yang menarik, menggunakan bahasa yang ringan dan penuh motivasi. Tentang bagaimana seseorang yang memiliki nasib yang tidak beruntung mampu meraih kesuksesan di masa depannya.
Kelemahan Isi Buku :
Cerita dalam buku ini memiliki alur yang mudah ditebak.
Saran-saran:
Sebaiknya pada novel ini ditambahkan lagi bagian-bagian cerita yang dapat membuat pembaca penasaran agar ceritanya menjadi semakin menarik.
Manfaat Buku:
Dapat menjadi motivasi bagi para pembaca untuk tidak patah semangat dalam meraih mimpi dan membuka sudut pandang pembaca terhadap cinta yang sulit untuk diungkapkan.
I. IDENTITAS BUKU
a.    Judul Buku /Novel         : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
b.    Penerbit                        : PT Gramedia Pustaka Utama
c.    Tahun Terbit                  : 2010
d.    Cetakan                         : ke – 2
e.    Tebal Buku                    : iv+256 halaman
f.     Harga Buku                   : Rp.40.000,-
g.    Pengarang                    : Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar